Selasa, 31 Desember 2013

W Bayu G Murti Sang Fotografer


                “Jika seseorang belajar fotografi hanya karena keindaan fotonya dia akan berhenti pada titik ‘foto bagus’, tapi lebih daripada itu sebuah foto harus dapat menyampaikan pesan kemanusiaan .” kata seorang fotografer Harian Suara Merdeka yang saat ini bertempat di kator cabang Banjarnegara. Namanya W Bayu G Murti yang akrab disapa Mas Bayu. Mas Bayu mengaku mulai mengenal kamera sejak tahun 2000 dan mulai serius menekuninya tiga sampai empat tahun setelahnya.
                Meski dia menempuh pendidikan dalam jurusan Bahasa Inggris, ternyata kecintaanya terhadap dunia Fotografi lebih besar dan membawanya sebagai fotografer hingga saat ini. Bermula dari bergabunggnya Mas Bayu kedalam klub Fotografi Ekolence yang mengajarkannya banyak mengenai fotografi akhirnya beliau memilih untuk menjadi fotografer.
                Pria kelahiran Banjarnegara, 5 Agustus 1981 ini mulai menjadi fotografer tahun 2006, karirnya dimulai dengan menjadi stringer di Jurnal Nasional wilayah Banyumas, kemudian dia merantau ke Jakarta dan bekerja di sebuah Tablod lepas Suara LSM, tahun 2008 berpindah ke Bogor, barulah kemudian dia bergabung dengan redaksi Suara Merdeka di Jakarta pada tahun 2010. Mengenai keberadaanya sekarang ini di Banjarnegara adalah karena dia memiliki masalah fisik yang membuatnya memilih meninggalkan Jakarta. Baru satu bulan dia berada dikampung halamnya ini, dan dia mengaku senang berada disini karena damai dan adem ayem.
                Prestasi yang berhasil di raih Mas Bayu diantaranya sebagai nominasi Anugrah Adiwarta pada tahun 2010 dan pada APFI pada tahun yang sama. Rincian pekerjaan yang dilakuakn Mas Bayu adalah memenuhi kebutuhan foto di Harian Suara Merdeka.
                Dia mengatakan jika banyak wartawan yang tidak memiliki latar belakang di bidang jurnalistik. Justru dibutuhkan seseorang dengan keahlian tertentu untuk menjadi wartawan karena tujuannya agar wartawan tersebut lebih tahu dan memahami apa yang diwartakanya.
                Ketrampilan yang harus dimiliki untuk menjadi seorang Fotografer menurut mas bayu yang pertama adalah harus menguasai teknik fotografi, kemudian selain itu juga harus mengetahui prinsip-prinsip jurnalistik. Kalau ketrampilan yang dimiliki Mas Bayu sendiri didapatkanya melalu klub Fotografi yang diikutinya dan jam terbangnya.
                Suka duka menjadi seorang Fotografer yakni karena kejadian berlangsung tanpa jadwal, jadi seorang fotografer harus siap kapanpun dan dalam keadaan apapun. Mengenai informasi kejadian-kejadian yang terjadi mungkin pada awal menjadi fotografer masih sulit didapatkan, tetapi lambat laun karena sudah memiliki banyak kenalan baik teman fotografer maupun masyarakat informasi semakin mudah didapatkan. Mengenai sukanya menjadi pewarta foto diungkapkanya dia menjadi lebih tau dari orang lain.
                Pengalaman paling berkesan yang dialami Mas Bayu adalah ketika dia herus masuk kamar mayat saat terjadi kecelakaan kereta di Bogor. Disana dia menyaksikan pemandangan yang sungguh memilukan, karena pada saat itu satu keluarga, bapak, ibu dan dua orang anaknya meninggal dengan tubuh yang hancur. Yang mengusik hatinya ketika mengahdapi hal semacam ini adalah bagaimana caranya bukan mengeksploitasi kesedihan seseorang, tapi lebih kepada menampilkan berita duka tersebut untuk menggugah empati orang-orang yang melihat. Dan seringkali wartawan membuat sebuah berita karena untuk sebagai mata pencaharianya saja, tapi prinsip Mas Bayu tidak seperti itu.
                Sering kali kesulitan dihadapi oleh wartawan yang narasumbernya tidak mau diambil gambarnya, dan sebagai wartawan yang baik kita tidak boleh memaksnya. Menurut mas bayu lebih baik mencari gambar yang masih berkaitan dengan hal tersebut.
                Mengenai karakter pribadi yang harus dimiliki seorang Fotografer diantaranya harus disiplin, karena foto adalah sesuatu yang vital, foto yang bagus akan dikatakan bagus dan foto yang jelek akan jelek. Untuk mendpat foto yang bagus kita karus berada disaat yang tepat. Dan saat seorang wartawan sudah mendapat foto dia harus menjaganya sampai foto itu digunakan. Ibarat badan boleh jatuh, tetapi kamera harus tetap terjaga. Kesulitan medan saat mengambil gambar saat bencana dan kecelakaan sering membuat kesulitan dalam menjaga hasil foto karena medanya yang memang sulit. Mas Bayu mengunggkapan untuk menjadi disiplin harus dimulai dengan kebiasaan bangun pagi.
                Saat disinggung mengenai pengaruh isu Afta 2015 yang akan datang menurut Mas Bayu tidak akan berpengaruh bagi pekerjaanya. Karena dalam profesi fotografi yang dilihat adalah profesionalistanya.
                Kemudian Mas Bayu memberikan tips menjadi fotografer yang baik yakni menguasai teknik fotografi, kemudian perluas wawasan, dan yang sangat penting adalah harus peka terhadap lingkingan. Orang yang peka terhadap lingkungan dan memiliki empati yang tinggi menurutnya akan menghasulkan foto yang lebih baik.
                Menjadi fotografer tidaklah sulit asalkan ada kemauan, mengenai bakat menurut mas Bayu hanya berpengaruh 25 persen saja. Selain itu belajar fotografi juga harus mempelajari seni, agar hsil fotonya semakin indah.
                 Jika ingin melihat beberapa hasil karya mas bayu silahkan bua bayumurti.wordpress.com
Ini adalah salah satunya gambar yang diambil di bukit sikunir tahun 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar