“Jika seseorang belajar
fotografi hanya karena keindaan fotonya dia akan berhenti pada titik ‘foto
bagus’, tapi lebih daripada itu sebuah foto harus dapat menyampaikan pesan
kemanusiaan .” kata seorang fotografer Harian Suara Merdeka yang saat ini
bertempat di kator cabang Banjarnegara. Namanya W Bayu G Murti yang akrab
disapa Mas Bayu. Mas Bayu mengaku mulai mengenal kamera sejak tahun 2000 dan
mulai serius menekuninya tiga sampai empat tahun setelahnya.
Meski dia menempuh pendidikan
dalam jurusan Bahasa Inggris, ternyata kecintaanya terhadap dunia Fotografi
lebih besar dan membawanya sebagai fotografer hingga saat ini. Bermula dari
bergabunggnya Mas Bayu kedalam klub Fotografi Ekolence yang mengajarkannya
banyak mengenai fotografi akhirnya beliau memilih untuk menjadi fotografer.
Pria kelahiran Banjarnegara, 5
Agustus 1981 ini mulai menjadi fotografer tahun 2006, karirnya dimulai dengan
menjadi stringer di Jurnal Nasional wilayah Banyumas, kemudian dia merantau ke
Jakarta dan bekerja di sebuah Tablod lepas Suara LSM, tahun 2008 berpindah ke
Bogor, barulah kemudian dia bergabung dengan redaksi Suara Merdeka di Jakarta
pada tahun 2010. Mengenai keberadaanya sekarang ini di Banjarnegara adalah
karena dia memiliki masalah fisik yang membuatnya memilih meninggalkan Jakarta.
Baru satu bulan dia berada dikampung halamnya ini, dan dia mengaku senang
berada disini karena damai dan adem ayem.
Prestasi yang berhasil di raih
Mas Bayu diantaranya sebagai nominasi Anugrah Adiwarta pada tahun 2010 dan pada
APFI pada tahun yang sama. Rincian pekerjaan yang dilakuakn Mas Bayu adalah
memenuhi kebutuhan foto di Harian Suara Merdeka.
Dia mengatakan jika banyak
wartawan yang tidak memiliki latar belakang di bidang jurnalistik. Justru
dibutuhkan seseorang dengan keahlian tertentu untuk menjadi wartawan karena
tujuannya agar wartawan tersebut lebih tahu dan memahami apa yang diwartakanya.
Ketrampilan yang harus dimiliki
untuk menjadi seorang Fotografer menurut mas bayu yang pertama adalah harus
menguasai teknik fotografi, kemudian selain itu juga harus mengetahui
prinsip-prinsip jurnalistik. Kalau ketrampilan yang dimiliki Mas Bayu sendiri
didapatkanya melalu klub Fotografi yang diikutinya dan jam terbangnya.
Suka duka menjadi seorang
Fotografer yakni karena kejadian berlangsung tanpa jadwal, jadi seorang
fotografer harus siap kapanpun dan dalam keadaan apapun. Mengenai informasi
kejadian-kejadian yang terjadi mungkin pada awal menjadi fotografer masih sulit
didapatkan, tetapi lambat laun karena sudah memiliki banyak kenalan baik teman
fotografer maupun masyarakat informasi semakin mudah didapatkan. Mengenai
sukanya menjadi pewarta foto diungkapkanya dia menjadi lebih tau dari orang
lain.
Pengalaman paling berkesan yang
dialami Mas Bayu adalah ketika dia herus masuk kamar mayat saat terjadi
kecelakaan kereta di Bogor. Disana dia menyaksikan pemandangan yang sungguh
memilukan, karena pada saat itu satu keluarga, bapak, ibu dan dua orang anaknya
meninggal dengan tubuh yang hancur. Yang mengusik hatinya ketika mengahdapi hal
semacam ini adalah bagaimana caranya bukan mengeksploitasi kesedihan seseorang,
tapi lebih kepada menampilkan berita duka tersebut untuk menggugah empati
orang-orang yang melihat. Dan seringkali wartawan membuat sebuah berita karena
untuk sebagai mata pencaharianya saja, tapi prinsip Mas Bayu tidak seperti itu.
Sering kali kesulitan dihadapi
oleh wartawan yang narasumbernya tidak mau diambil gambarnya, dan sebagai
wartawan yang baik kita tidak boleh memaksnya. Menurut mas bayu lebih baik
mencari gambar yang masih berkaitan dengan hal tersebut.
Mengenai
karakter pribadi yang harus dimiliki seorang Fotografer diantaranya harus
disiplin, karena foto adalah sesuatu yang vital, foto yang bagus akan dikatakan
bagus dan foto yang jelek akan jelek. Untuk mendpat foto yang bagus kita karus
berada disaat yang tepat. Dan saat seorang wartawan sudah mendapat foto dia
harus menjaganya sampai foto itu digunakan. Ibarat badan boleh jatuh, tetapi
kamera harus tetap terjaga. Kesulitan medan saat mengambil gambar saat bencana
dan kecelakaan sering membuat kesulitan dalam menjaga hasil foto karena medanya
yang memang sulit. Mas Bayu mengunggkapan untuk menjadi disiplin harus dimulai
dengan kebiasaan bangun pagi.
Saat disinggung mengenai
pengaruh isu Afta 2015 yang akan datang menurut Mas Bayu tidak akan berpengaruh
bagi pekerjaanya. Karena dalam profesi fotografi yang dilihat adalah
profesionalistanya.
Kemudian Mas Bayu memberikan
tips menjadi fotografer yang baik yakni menguasai teknik fotografi, kemudian
perluas wawasan, dan yang sangat penting adalah harus peka terhadap lingkingan.
Orang yang peka terhadap lingkungan dan memiliki empati yang tinggi menurutnya
akan menghasulkan foto yang lebih baik.
Menjadi fotografer tidaklah
sulit asalkan ada kemauan, mengenai bakat menurut mas Bayu hanya berpengaruh 25
persen saja. Selain itu belajar fotografi juga harus mempelajari seni, agar
hsil fotonya semakin indah.
Jika ingin melihat beberapa hasil karya mas bayu silahkan bua bayumurti.wordpress.com
Ini adalah salah satunya gambar yang diambil di bukit sikunir tahun 2012