Jumat, 27 Desember 2013

Profil Profesional Ilmu Komunikasi


Data Diri Narasumber
Nama                           : Sigid Kurniawan
TTL                             : Bantul, 9 November 1988
Alamat                         : Jl. HOS Cokroaminoto no 44 Bogoran
RT 05 Trirenggo Bantul Yk.
Latar Belakang  Pendidikan     
1993-1995 TK pertiwi bantul
1995-2001 SD Bantul Timur
2001-2004 SMP N 1 Bantul
2004-2007 SMA N 1 Bantul
2007-2012 UPN Veteran Yogyakarta prodi Ilmu Komunikasi Konsentrasi jurnalistik



Sigid kurniawan berprofesi sebagai pewarta foto(wartawan foto) di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, sejak tahun 2011. Prestasi/karya yang dibuat sejak ditugaskan Antara untuk meliput Sea Games 2011 sebagai pewarta foto, kemudian memotret untuk produksi foto harian kantor berita tersebut sampai sekarang yang mempunyai wilayah di Yogyakarta, selain itu pernah pula penugasan luar kota untuk pilkada Jawa Barat 2013, liputan APEC 2013 di Bali, sebagai official photographer WTO di Bali awal desember lalu. Pameran rutin Kilas Balik Antara di galeri foto jurnalistik Antara, Jakarta pada 2012, 2013.
Sebagai seorang wartawan, mas sigid merinci pekerjaannya untuk bertugas mencari berita, serta karena ditugaskan sebagai pewarta foto, maka mas sigid mencari berita menggunakan kamera untuk menghasilkan foto berita. Berbeda dengan wartawan tulis, karena profesinya mas sigid termasuk kedalam profesi yang menggeluti media rekam (foto,televisi, dsb) maka ketika meliput sebuah peristiwa dan membutuhkan foto dari kejadian tersebut, mas sigid harus mendatangi lokasi. Berbeda dengan wartawan tulis, mereka bisa mendapatkan informasi melalui wawancara jarak jauh, seperti telepon, memantau release, atau dewasa ini sering kali menggunakan jejaring sosial yang menjadi rujukan.
Mas sigid mengaku penghasilannya sebagai produksi foto atau liputan berita dalam bentuk foto untuk kantor berita Antara, kebetulan mas sigid masih dikontrak, dibayar per foto @50 ribu, rata-rata setiap harinya minimal 2-4 foto, tinggal dikira-kira saja, belum misalnya ada penugasan diluar kota, seperti Sea Games, APEC dsb, itu dibayar flat jadi tidak perfoto.

Untuk bisa sampai pada profesi saat ini, kebetulan dulu ia berkesempatan magang di kantor berita tersebut pada tahun 2011 selama kurang lebih 3 bulan sebagai seorang pewarta foto Antara untuk Sea Games 2011. Dan sampai sekarang aktif untuk produksi liputan foto harian untuk kantor berita tersebut, dan kebetulan ditugaskan di Yogyakarta.

Menurutnya keterampilan/kompetensi tentunya harus mengetahui dan paham tentang dunia jurnalistik, etika jurnalistik, kondisi sosial, politik dan budaya masyarakat sekitar, serta kemampuan teknis dibidang fotografi khususnya fotografi jurnalistik. Dengan paham tentang aspek tersebut, diharapkan produksi berita foto akan ada nilainya dan berbobot. Tidak asal memberitakan, namun mengacu kepada kebenaran dan kejelasan.

Untuk memperoleh keterampilan salah satunya dengan belajar tentang keterampilan tersebut. Kebetulan mas sigid dulu kuliah di jurusan ilmu komunikasi, konsentrasi jurnalistik, serta mempelajari fotografi melalui kegiatan mahasiswa di kampus. Jadi beruntung ilmu yang dipelajarinya ketika kuliah dapat menunjang dan cocok dengan profesi yang sekarang ini dijalaninya. Menurutnya,yang juga penting adalah pengalaman di lapangan, sering teori di bangku perkuliahan akan berbeda ketika di lapangan. Ilmu yang sudah tersusun dan dibukukan secara rapi, sering akan dipecahkan atau tidak relevan dengan apa yang terjadi di lapangan. Mas sigid dan kawan-kawan yang bergelut langsung di lapangan sadar akan hal tersebut.

Untuk sampai pada profesi saat ini mengatakan pastinya ada suka-duka, dan semua hal tersebut memang ada disetiap pekerjaan dan profesi. saat suka, menurutnya ia bisa jalan kemana-mana, liputan sekalian refreshing. Duka nya ia lebih ke waktu, karena mas sigid seorang pewarta, terkadang harus siap sedia hingga 24 jam ketika memang dibutuhkan untuk mengcover sebuah kejadian. Maka kita harus pandai dalam mengatur waktu untuk istirahat, keluarga, refreshing, dan ibadah. Sehingga keseimbanganpun tetap terjaga walau memang hampir setiap hari dilapangan dengan medan yang tidak setiap saat mulus namun juga berlubang dan berliku.

Mas sigid menuturkan bahwa banyak sekali ketika membahas mengenai pengalamannya yang berkesan, diantaranya ketika ia mendapatkan penugasan oleh kantor pusat, segala kebutuhan akan dibiayai, dari akomodasi dst. Belum ketika ia mendapat tugas meliput menteri atau pejabat tertentu, ia akan ditempatkan didekat menteri untuk membuat foto jurnalistik menteri tersebut. Mas sigid menceritakan bahwa ia pernah satu bangku helikopter dengan menteri kehutanan zulkifli hasan ketika liputan di Provinsi Banten. Kemudian ketika ia menjadi Officel Photograper acara WTO di Bali, ia mendapatkan akses kemanapun untuk mendapatkan foto, dari tempat sepele hingga tempat VVIP seperti ruang Presiden. Kebetulan ia juga ditugaskan untuk memotret Presiden SBY di ruangannya pada WTO lalu. Hal yang paling tidak menyenangkan adalah ketika ia meliput daerah yang jauh, dengan medan yang berat, dsb. Sering kali hal tersebut dialaminya ketika meliput peristiwa bencana atau kejadian yang besar, seperti gunung meletus, banjir, kecelakaan hebat, dsb. Pada saat banjir di Kulon Progo beberapa hari yang lalu, mau tidak mau ia harus nyemplung selama beberapa jam disebuah desa yang airnya setinggi pinggang mas sigid. Selain itu ketika ia liputan aksi yang ada konflik atau bentrok, ia pernah kena pukul disebagian rusuknya ketika meliput aksi demonstrasi yang berakhir bentrok di Yogyakarta.

Untuk mengatasi hal yang tidak menyenangkan menurutnya adalah pengalaman dan mempelajari kondisi yang sedang terjadi dan memperkirakan kondisi yang mungkin akan terjadi, hal tersebut penting karena untuk mengira-ngira segala kemungkinan yang akan terjadi baik yang terbaik maupun yang terburuk. Serta sikap was-was dan hati-hati dimanapun ketika melakukan tugas jurnalistik. karena disetiap daerah juga punya adat istiadat, kebiasaan yang berbeda-beda. Maka ia harus tahu dan paham akan hal tersebut. Biasanya sebelum mas sigid melakukan tugas jurnalistik disebuah  lokasi atau peristiwa, ia akan mencari informasi terkait dengan apa yang akan diliputnya. Bisa melauli kawan, literatur dan internet. Hal tersebut untuk meningkatkan pengetahuannya akan apa yang ia hadapi nanti sehingga ia akan siap karena punya bekal untuk meliput di peristiwa tsb.

Untuk masalah karakteristik pribadi, menurutnya mungkin lebih mengarah ke militan, suka dengan hal-hal yang bersifat luar ruang atau outdoor, tanggung jawab, tegas, jujur, kerja keras, berusaha netral, tangguh dalam hal pendirian serta siap untuk menghadapi segala tantangan, karena yang akan menghadangnya liku kehidupan tak selamanya manis, namun juga pahit. Dan ia harus merasakan pahit dulu untuk merasakan manis.

untuk kebiasaan yang dapat menunjang karakteristik saat ini mulailah dengan berfikir hal-hal positif sejatinya hidup itu untuk apa, tujuannya untuk apa, sekarang apa yang sedang ddihadapi, apa masalahnya, dan bagaimana cara menghadapiya, dan apa kemungkinan kedepan yang akan dihadapi. Mempelajari orang lain, pengalaman, alam, serta kearifan lokal masyarakat yang hal tersebut akan memberikan nilai bagi kepribadian kita. Serta selalu siap menerima kritik dan saran orang lain, yang akan diolah demi kebaikan kita.

Untuk prospek dan tantangan dimasa yang akan datang, karena perkembangan teknologi semakin modern, masyarakat pun akan lebih haus dengan informasi yang cepat dan benar. Karena mas sigid seorang pekerja pers, ia juga harus berfikir bahwa kelak profesi ini akan banyak dibutuhkan dan banyak tantangannya ketika memasuki masa tersebut. Produksi berita khususnya dalam bentuk visual (foto) kemungkinan akan meningkat, percaya boleh tidak percaya, seringkali masyarakat akan lebih suka dan lebih akan suka dengan informasi media visual seperti foto atau video ketimbang hanya tekstual. Dan mungkin hal tersebut akan booming dimasa yang akan ketika memang era digitalisasi merajah disemua apek kehidupan. Masyarakat dengan gadgetnya akan mudah mendapatkan informasi, bahkan memberikan infromasi yang seringkali wartawan pun kalah cepat untuk mendapatkan informasi tersebut. Sehingga dewasa ini masyarakat seperti itu sering di istilahkan dengan ‘citizen journalism’. Untuk terkait AFTA 2015, ya karena kita akan memasuki era dimana kita akan mudah mengakses dan mendapatkan informasi secara cepat dan mungkin akan bebas. Peran insan pers untuk hal tersebut lebih bagaimana menghadirkan informasi yang benar, bermutu, bernilai, jujur, mengcover atau mengatur infomasi yang sering kali salah atau ngawur dikalangan masyarakat
oleh : Rayi Andrika Wahdini
Nim : 13730014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar