Oleh : Khefti Al Mawalia, Jurusan Ilmu Komunikasi (13730004)
Nama
: Ane Hariane Purbantari
TTL
: Purworejo 15 Februari 1974
Alamat
: Kumendaman MP 2 365 Yogyakarta
Latar
belakang : SI Hukum Atmajaya Mataram
Ane Hariane Purbantari,
seorang Fotografer musiman yang bekerja di Erlangga Fotografer Yogyakarta
kelahiran Purworejo, 15 februari 1974, beralamatkan di Kumendaman MP 2 365
Yogyakarta. Beliau terlahir dari SI Hukum Atmajaya yang sudah menjalani
pekerjaan sebagai Fotografer sejak tahun 2000 sampai sekarang. Dari profetsi
ini, Ibu Ane bisa membeli rumah sendiri dan membiayai anaknya sampai SMP saat
ini. Erlangga Fotografer ini sudah cukup dikenal di Yogyakarta karena pada tiap
bulannya seringkali ada pesanan order untuk potret pengantin, wisuda, dan lain
sebagainya. Jika dilihat dari penghasilan profesi Fotografer Ibu Ane ini,
penghasilan yang beliau dapatkan cukup relatif “Cukup Untuk biaya hidup, anak,
dan keluarga”. Ujarnya. Sayangnya Beliau tidak menyebutkan seberapa besar nominal
penghasilan yang beliau dapatkan dari profesi ini.
Sebelum menduduki profesi Fotografer
ini, beliau memang sudah mempunyai hobi foto, lalu diasah akhirnya beliau bisa
dengan sendirinya. Kemudian beliau mendapat tawaran Fotografer di acara
seminar, sehingga beliau mempunyai keyakinan untuk menekuni profesi yang sudah
menjadi hobi sebelumnya. Keterampilan yang untuk menunjang seseorang menjadi
fotografer itu tidak mudah, ternyata
kita harus mengetahui seluk-beluk dari fotografi itu sendiri, yang
tentunya didukung oleh pengasahan hobi itu sendiri, keuletan, dan kesabaran
yang terdapat dalam diri kita untuk mendapatkan hasil Fotografi yang bagus
untuk dilihat.
Selama ini, beliau juga mendapatkan
rasa suka-duka dalam menjalani profesi ini, contohnya saja, jika banyak
konsumen yang membeli hasil fotografi beliau, tentunya beliau sangat senang
sekali, akan tetapi jika hasil Fotografi itu tidak ada yang membelinya, maka
pendapatanpun tidak ada dan beliau merasa dirugikan sekali. Dalam profesi
Fotografer musiman ini, mungkin hal seperti itu sudah biasa. Apalagi
pengalaman-pengalaman yang selama ini beliau dapatkan. Cukup miris rasanya jika
orang yang menjadi Fotografer tidak didukung oleh alatnya sendiri. Sehingga
kita harus bersabar, mengulang dan mengulangnya lagi. Beliau merasa jika
pengalaman itu terjadi, seakan-akan semua usaha yang dilakukan sia-sia saja.
Namun, disisi lain menjadi suatu kebanggaan sekali jika hasil karya dan orang
yang diambil objeknya merasakan nikmat keindahandan merasa puas atas hasil
karya tersebut.
Dalam profesi Fotgrafer ini,
didalamnya mempunyai karakteristik yang dimilki oleh tiap Fotografer-fotografer
handal, seperti : supel, komunikatif, ulet, telaten. Untuk memilki
karakteristik tersebut, sorang fotografer harus bisa saling menghargai satu
sama lain, tidak memilah dan memilih, dan tidak merendahkan orang lain. Itu
adalah hikmah dan pelajarn yang bisa diambil dari seorang Fotografer.
Dalam menekuni dunia fotografi,
prospek kerja kedepannya sangat cerahdan menguntungkan. Untuk menjalani kerja
ini, seorang fotografer dapat menuangkan hobinya dalam karya yang dapat
dinikmati orang banyak dn tentunya mendapatkan nilai mat uang yang juga cukup
relatif. Disamping itu, seorang Fotografer juga dapat mengembangkan usaha
sendiri tanpa harus bekerja pada lembaga-lembaga tertentu. Sehinga pekerjaan
ini tidak terlalu tergantung pada suatu perusahaan atau lembaga, akan tetapi
semuanya tergantung dari seorang Fotografernya dari hasil yang ia dapatkan.
Jika dikaitkan dengan isu AFTA 2015,
isu tersebut tidak terlalu berdampak karena seorang Fotografer profesinya
bagaimana memperoleh hasil gambar yang baik dan dapat dinikmati oleh orang
banyak. “Persaingannya hanya pada memperoleh keindahan foto itu sendiri bukan
pada proses perdagangannya. Hanya saja, hasil karya yang tercipta oleh orang
Indonesia, akan sampai pada Luar negeri”. Ujar Ibu Ane Hariane.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar